Banyak orang di masa lalu, percaya bahwa langit itu berlapis tujuh. Ini
berkaitan dengan pengetahuan mereka tentang ada-nya tujuh benda langit
utama dengan jarak yang berbeda-beda. Kesimpulan ini lahir dari
pengamatan mereka atas gerakan benda-benda tersebut.
Benda langit
yang lebih cepat gerak-nya di langit dianggap lebih dekat jarak-nya.
Lalu mereka menggambar-kan seolah-olah benda-benda tersebut berada pada
lapisan langit yang berbeda-beda, mengelilingi Bumi yang berada di
tengah-tengah.
Di langit pertama ada Bulan, benda langit yang
bergerak tercepat sehingga disimpul-kan sebagai yang paling dekat.
Langit kedua ditempati Merkurius (Bintang Utarid). Venus (Bintang
Kejora) berada di langit ketiga. Sedang-kan matahari ada di langit
keempat. Di langit kelima ada Mars (Bintang Marikh). Di langit keenam
ada Jupiter (Bintang Musytari). Langit ketujuh ditempati Saturnus
(Bintang Siarah/Zuhal). Inilah keyakinan lama yang menganggap Bumi
sebagai pusat alam semesta.
Orang-orang dahulu (khususnya Romawi
dan Yunani) juga percaya bahwa ketujuh benda langit itu adalah dewa-dewa
yang memengaruhi kehidupan di Bumi. Pengaruh-nya bergantian dari jam ke
jam, dengan urutan mulai dari yang terjauh (menurut pengetahuan mereka)
yaitu Saturnus, sampai yang terdekat yakni Bulan.
Pada jam
00.00, Saturnus-lah yang dianggap berpengaruh pada kehidupan manusia.
Karena itu, hari pertama disebut Saturday (hari Saturnus) dalam bahasa
Inggris, atau Sabtu dalam bahasa Indonesia. Ternyata, jika kita
menghitung hari sampai tahun 1 Masehi, tanggal 1 Januari tahun 1, memang
jatuh pada hari Sabtu.
Bila diurut selama 24 jam, jam 00.00 berikut-nya jatuh pada Matahari. Jadi-lah hari itu sebagai hari Matahari (Sunday).
Setelah Sun’s day (matahari) adalah Moon’s day (bulan) (Monday).
Hari berikut-nya adalah Tiw’s day (Tuesday). Tiw adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Mars (dewa perang Romawi kuno).
Berikut-nya adalah Woden’s day (Wednesday). Woden adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Merkurius (dewa perdagangan Romawi kuno).
Berikut-nya lagi Thor’s day (Thursday). Thor adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewa Jupiter (dewa Petir, raja para dewa Romawi).
Terakhir adalah Freyja’s day (Friday). Freyja adalah nama Anglo-Saxon untuk Dewi Venus (dewi kecantikan Rowawi kuno).
Jumlah
hari yang ada tujuh itu, dalam bahasa Arab, nama-nama harinya disebut
berdasarkan urutan: satu, dua, tiga, sampai tujuh, yakni ahad, itsnain,
tsalatsah, arba’ah, khamsah, sittah, dan sab’ah.
Bahasa Indonesia
mengikuti penamaan Arab ini, sehingga menjadi Ahad, Senin, Selasa,
Rabu, Kamis, Jum’at, dan Sabtu. Hari keenam disebut secara khusus:
Jum’at, sebab itu-lah penamaan yang diberi-kan Allah di dalam Al-Qur’an,
yang menunjuk-kan ada-nya kewajiban shalat Jum’at berjamaah.
Penamaan
Minggu berasal dari bahasa Portugis, Dominggo, yang berarti hari Tuhan.
Ini berdasarkan kepercayaan Kristen bahwa pada hari itu Yesus bangkit.
Tetapi, orang Islam tidak mempercayai hal itu (berbeda agama maka beda
pula cerita yang dicerita-kan agama masing-masing), sehingga lebih
menyukai pemakaian “Ahad” daripada “Minggu”.
Asal Mula Nama Hari dari Benda Langit
Posted by Moh Arief Munandar
05.55, under Informasi | No comments
0 komentar:
Posting Komentar